Eksistensi Wayang Kulit Di Era Modern




 EKSISTENSI KESENIAN WAYANG KULIT DI ERA MODERN 
BAGIAN DARI BELA NEGARA


Wayang kulit sebagai kebudayaan khas memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Diantaranya nilai gotong-royong, nilai kebersamaan dan kesatuan, nilai budi pekerti, nilai kesenian, nilai pendidikan, nilai politik, nilai tanggung jawab, dan nilai kemandirian. 

Wayang kulit adalah salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai kehidupan, termasuk konsep bela negara. Keterkaitan eksistensi wayang kulit dengan bela negara dapat dipahami melalui beberapa aspek:

1. Pendidikan Moral dan Karakter

Wayang kulit sering kali mengambil cerita-cerita epik atau mitologi yang memuat ajaran moral dan karakter. Dalam pertunjukan wayang, terdapat tokoh-tokoh seperti Arjuna, Yudhistira, dan lainnya yang seringkali menghadapi berbagai ujian dan tantangan. Nilai-nilai seperti keberanian, kesetiaan, dan keadilan yang muncul dalam cerita ini dapat menjadi landasan untuk membentuk karakter pribadi dan keberanian dalam mempertahankan negara (bela negara).

2. Patriotisme

Beberapa cerita dalam wayang kulit seringkali menekankan nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air. Karakter-karakter pahlawan dalam wayang dapat dianggap sebagai simbol keberanian dan pengabdian terhadap negara. Keterlibatan pahlawan-pahlawan tersebut dalam melawan kejahatan dan kezaliman dapat memberikan inspirasi bagi penonton untuk mencintai dan melindungi tanah airnya.

3. Pertunjukan Pencak Silat

Wayang kulit seringkali disertai dengan pertunjukan pencak silat, seni bela diri tradisional Indonesia. Pencak silat sendiri memiliki akar sejarah yang kuat dalam konteks perang dan pertahanan diri. Dengan demikian, pertunjukan wayang kulit yang menyertakan adegan-adegan pencak silat dapat membangkitkan semangat bela negara dan keberanian dalam menghadapi ancaman.

4. Warisan Budaya dan Identitas Nasional

Wayang kulit adalah bagian dari warisan budaya Indonesia yang telah ada sejak lama. Memahami dan melestarikan seni tradisional ini dapat membantu membangun identitas nasional yang kuat. Identitas nasional yang kuat dapat menjadi dorongan untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan dan keutuhan negara, termasuk dalam upaya bela negara.

5. Penggunaan Simbol-Simbol

Wayang kulit menggunakan berbagai simbol dan metafora dalam ceritanya. Simbol-simbol ini dapat diartikan sebagai alegori dari situasi-situasi nyata dalam kehidupan masyarakat. Dengan memahami dan meresapi makna dari cerita wayang, masyarakat dapat lebih peka terhadap nilai-nilai bela negara.

Namun, eksistensi wayang kulit di era modern kian menurun dikarenakan beberapa sebab yaitu generasi muda tidak faham dengan cerita yang dibawakan oleh dalang dalam pagelaran wayang kulit. Bahasa yang digunakan pada pagelaran wayang kulit tidak dipahami, pembawaan wayang kulit dianggap kuno dan kurang terpadu dengan kebudayaan saat ini, dan waktu pagelaran yang relatif lama.

Berikut adalah cara untuk meningkatkan eksistensi wayang kulit di era modern:

1.     Pendidikan dan Pelibatan Masyarakat

·       Mendukung program pendidikan yang memasukkan seni wayang kulit ke dalam kurikulum sekolah

·       Menyelenggarakan workshop, seminar, atau lokakarya untuk memperkenalkan wayang kulit kepada siswa dan masyarakat umum.

·       Mengundang dalang terkenal untuk memberikan ceramah atau pertunjukan wayang kulit di berbagai tempat

2.     Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan dan Kebudayaan:

·       Menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga kebudayaan untuk mengintegrasikan wayang kulit dalam kegiatan pendidikan dan kebudayaan.

·       Mendukung program beasiswa atau penghargaan untuk para seniman wayang kulit agar mendorong minat dan bakat di kalangan generasi muda.

3.     Pertunjukan Kontemporer:

·       Mengembangkan pertunjukan wayang kulit yang menggabungkan unsur-unsur kontemporer, seperti teknologi modern, musik populer, atau cerita aktual. Hal ini dapat menarik perhatian generasi muda dan memperbarui citra wayang kulit.

4.     Promosi Melalui Media Sosial:

·       Menggunakan media sosial untuk mempromosikan pertunjukan wayang kulit, termasuk membuat konten menarik, teaser, dan ulasan pertunjukan.

·       Melibatkan influencer atau tokoh media sosial yang memiliki pengikut banyak untuk memperluas jangkauan promosi.

5.     Festival dan Acara Kebudayaan:

·       Menyelenggarakan festival wayang kulit atau acara seni tradisional yang melibatkan para seniman wayang dari berbagai daerah.

·       Menggandeng pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, dan pihak swasta untuk mendukung penyelenggaraan acara tersebut.

6.     Pameran dan Museum Wayang:

·       Mendukung pendirian museum wayang atau pameran seni wayang yang dapat menjadi tempat edukasi dan dokumentasi

·       Mengadakan pameran tentang sejarah wayang, peralatan pertunjukan, dan karya-karya seniman wayang.

7.     Pelatihan dan Pengembangan Seniman:

·       Menyelenggarakan pelatihan bagi para seniman wayang untuk meningkatkan keterampilan mereka, baik dalam hal dalang, pembuatan wayang, atau seni lain yang terkait.

·       Membuka program residensi atau pertukaran budaya antara seniman wayang dari berbagai daerah atau negara.

8.     Dukungan Kelembagaan:

·       Mendorong pemerintah dan lembaga kebudayaan untuk memberikan dukungan keuangan dan kebijakan yang mendukung perkembangan wayang kulit.

·       Memastikan adanya regulasi yang mendukung pertunjukan wayang kulit dan perlindungan terhadap warisan budaya.

Untuk meningkatkan eksistensi wayang kulit di era modern muncul lah beberapa animasi wayang kulit modern seperti desa timun. Desa timun adalah  animasi wayang pertama di Indonesia yang diciptakan oleh Daud Nugraha. Ia menamakan teknik ini dengan nama aniwayang yang juga digunakan sebagai nama studio yang memproduksi serial desa timun. Kesuksesan desa timun ini dapat kita jadikan contoh dalam mengadaptasi budaya tradisional ke media modern agar dapat terus bersaing dengan budaya budaya modern. 



                                                      Sumber : Desa Timun - Animasi Wayang Pertama di Indonesia



Komentar